Kamis, 01 Maret 2012

Mari menggembel

Yesterday I cut my jeans. hahaha~ I do not know what to think at that. Pertamanya gue bongkar-bongkar lemari.Eh, gak nyangka nemuin celana jins antik gue. Gue aja lupa pernah punya celana jins kayak gitu. Kalo gak salah ini celana gue beli pas kelas empat SD. Udah lama banget ya?

Kyaaaaaa~ butut banget celana gue. Modelnya juga pas masih di jaman kuda gigit besi. Awalnya gue masih bingung mau ngapain ini celana. Mau kasih sodara juga pasti pada gak mau, yaiyalah celana butut gini siapa yang mau. Jangankan sodara gue, pemulung aja mungkin gak mau. Setelah berpikir, berpikir, dan berpikir lagi. Gue juga berpikir ternyata gue punya otak #plokk Gue bakal mutilasi celana ini. Gue ambil gunting, gue potong-potong celananya. Cekrekk cekrekk cekrekk... (suara gunting kayak gitu gak ya?) Dan hasilnya.... cukup memuaskan.


 Uwaalah~ panjang pendek ternyata sodara sodara.. hahaha. gimana? keren kan? keren kan? *kepedean. setelah gue pake begini jadinya.



Kayaknya udah cucok tuh jadi gembel. bhahahaha~~
cukup sekian dan terimakasih :)


Jumat, 27 Januari 2012

Apes -___-

Hari ini apes banget di kelas. Mau tau kenapa? Yeah.. Aku, Putri, sama Rizki. Di tegor guru Biologi. Ckckck~ Awalnya emang kami yang salah sih, soalnya kami ngobrol mulu di kelas. Hal-hal yang gak penting pun kami bahas dan kami kupas secara tajam setajam SILET. #plokk korban tipi euuyy~ Semua gara-gara putri yang masang calak duluan, hahaha peace. Abis si Putri terus sih selalu ngajak ngobrol ya gue mau aja dia ajak dia ngobrol. Bukan gue aja yang yang ngobrol sama si Putri tapi si Rizki yang duduk di belakang gue juga ikut nimbrung ikutan ngobrol, alhasil guru Biologi yang lagi jelasin tentang... hmm.. tentang apa tadi ya? *ngacak-ngacak rambut* gak tau ahh.. lupa gue X) tentang gen gen gitu pokoknya. Mulanya gue asyik-asyik aja ngobrol sama si Putri tapi tiba-tiba ada feeling gak enak, nah trus gue duduk ngadap ke depan pura-pura meratiin si Ibu yang lagi komat-kamit. Padahal sih telinga gue masih dengerin si Putri yang ngobrol sama si Kiki. Gak lama kemudian si Ibuk melotot ke arah si Putri, tapi si Putri asyik asyik aja ngobrol tanpa ada dosa sedikitpun. Dan tiba-tiba si Ibuk yang udah merasa kesal langsung nyamperin kami. Gue yang dari tadi merhatiin si Ibuk santai-santai aja (padahal aslinya gue gak dengerin apapun yang di jelasin si Ibuk) karna gue udah tau pasti gue gak agak akan kena tegur. Hahaha~~ "Hei, kamu.. kamu tadi ngomong apa?" tanya si Ibuk. Si Putri yang tadinya duduk ngadep ke belakang langsung ngadap ke depan. Gue sangka sih dia bakal takut sama si Ibuk. eehh taunya dia jawab enteng kayak gini. "Ya ngomongin tentang Ibuk jelasin tadi." katanya. Si ibuk balik nanya, "Trus tadi Ibuk jelasin tentang apa rupanya?". Gue masih santai-santai aja. "Hmmm... apa ya?" Putri pura-pura mikir. "Cepat jawab harus tau. Atau kamu mau Ibuk keluarkan dari kelas?" Si Ibuk ngancem. "Hmm... apa teh?" si Putri nanya ke gue. Lahh gue  yang dari tadi gak dengerin ya mana gue tau jawabannya. Gue cuma bisa diem, dan senyum-senyum sipu. "Kamu lagi... kamu tadi yang ngobrol sama dia kan?" si Ibuk nanya sama si kiki. Si kiki cuma bisa senyum-senyum gaje. Gue cuma bisa ketawa dalam hati ngeliat mereka menderita #plakk. "Hmmm... tentang kucing buukkk.." jawab Putri enteng. "Bukaaaaaan...." kata semua temen sekelas. Si Putri garuk-garuk kepala yang padahal gue tau kepalanya si Putri itu gak gatel. "Ayo cepat, harus tau.. makanya kalo Ibuk jelaskan ituu diperhatikan." kata sii Ibuk. "Nah kamu, dari tadi kamu memperhatikan kan? apa jawabannya?" si Ibuk nanya ke gue. Degg.... ya mana gue tau. "Hehehe... tadi saya gak dengerin buk." gue cuma cengengesan gaje. "Wah berarti kamu lebih parah, dari tadi  memperhatikan tapi gak tau jawabannya." kata si Ibuk. #makjlebb

Senin, 02 Januari 2012

My Wish List in 2012

Hollaaaaa~~ HAPPY NEW YEAR... tretottt treeetotttt....!! *niup terompet* eh. terompet apa gitu bunyinya yak?? Bodo ah. Selamat tahun baru chingudeul. Ini udah tanggal 3 kan ya? harusnya postingan ini aku post pas tanggal 1. Maklum, penyakit aye kumat. ohokk..ohokk... penyakit malas maksudnya. Yo! kita mulai ke intinya. Ini kan udah masuk ke tahun 2012, tahun naga. Pastinya banyak banget harapan aku yang belum tercapai selama di tahun 2011. Di tahun 2012 ini masih banyak harapan yang aku pengen.
1. Aku pengen tambah pinter dan terus naikin prestasi belajarku.
2. Punya banyak teman.
3. Bisa ngebanggain ortu.
4. Dibolehin pacaran sebenernya gak penting juga sih, tapi masak cewe se imut, se yeppo, se cute, menggemaskan, rajin menabung, berbakti kepada orang tua, serta baik hati ini tidak punya pacar? apa kata dunia?
4. Boleh naik kendaraan ke sekolah. Nah.. gue pengen mama ngebolehin gue naik kendaraan ke sekolah. Karna sampe sekarang mama masih gak ngasih aku naik kendaraan jauh-jauh. Paling jauh cuma muter muter kampung doang. hadehhh -__-
5. Uang jajan bertambah 3 kali lipat. 2 kali lipat juga gak apa-apa deh.
6. Punya Ipod apple.
7. Punya Kamera DSLR
8. Punya Laptop baru. sekarang Laptop gue udah butut banget, yaiyah ni laptop udah dari gue kelas 1 SMP. Udah berapa tahun coba? itung sendiri.
9. Pengen pake Iphone Apple. Heheee~ padahal baru aja ganti BB.
10. Pengen di tanggal 20 januari ntar dapet surprise yang gak gue duga. (re: ultah gue)
11. Pengen ganti model rambut. Nih yang gue keselin, mama gak ngizinin gue ganti model tambut. Dari jaman ke jaman model rambut gue Shagy mulu. Eh, bener gak sih tulisannya? Gue pengennya sekali-sekali keriting atau rambut pendek ala tomboy-tomboy gitu.
12. Pengen tambah tinggi, pengennya sampe 170cm.
13. Pengen gemukin badan, bukan gemukin sih maksudnya bikin badan agak berisi aja. Soalnya badan gue tuh kerempeng peng peng kayak lidi. Sekali ditiup angin udah terbang.
14. Pengen putih. hehe..
15. Bisa lancar bahasa korea.
16. Punya duit sendiri dan bisa pergi ke KOREA.
17. Ketemu Bias. Yapp... K-poper mana sih yang gak mau ketemu sama biasnya?
18. Pacaran sama bias.. #plakk Harapan harapan gue kok! no coment!!
19. Punya girlband yang satu manageman sama bias. Ulala~
20. Gue pengen semua ini terkabul...

Selasa, 27 Desember 2011

[FF] BEAUTIFUL CHRISTMAS

Tittle : BEAUTIFUL CHRISTMAS

Author : RIZKA ANIZA
Genre : Romance
Lenght : Oneshoot

Main cast :
- Jo Kwangmin
- Park Nichan


Suasana hening di gereja membuatku serius berdoa di malam natal ini. Semua umat kristiani sedang berdoa di gereja ini. Gereja itu dihiasi pohon-pohon natal, lampu-lampu, bintang bintang yang membuat suasana natal semakin terasa. Para biarawan berpakaian jubah putih berjalan menuju Gereja, di mana menurut tradisi Kristen Yesus Kristus dilahirkan.Udara yang dingin menembus kulitpun tak terasa karena kehangatan dapat dapat aku rasakan disini. Aku memejamkan mata sambil berdoa untuk natal tahun ini, yang aku harap natal besok adalah natal yang indah bagiku. Tampak disebelahku seorang anak laki-laki kecil seumuranku sedang serius berdoa. Syal merah yang dia pakai itu sedikit menutupi wajah imutnya. Aku terus menatapnya namun dia tak menyadarinya. Dia terus berdoa sambil memejamkan matanya. Dia adalah Jo Kwangmin, sahabat baikku sejak dulu. Kami selalu bersama kemanapun kami pergi. Dan setiap natal kami rayakan bersama. Aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Keluarganya dan keluargaku bisa dibilang cukup akrab. Pertemuan kami dimulai saat aku berusia 4 tahun. Waktu itu Kwangmin pindah dari Amerika dan tinggal di Seoul, rumahnya berada tepat di depan rumahku. Kami berdua bertetangga, sejak saat itu dia sering mengajakku bermain dan sering main ke rumahku. Sekarang usiaku 9 tahun tak terasa kami menjalin persahabatan selama 5 tahun. Selama kami menjalin persahabatan kami tak pernah bertengkar sekalipun. Dia selalu mengalah dengan sikap keras kepalaku ini. Dia juga bagaikan peri yang selalu menjagaku kapan saja. Kwangmin sering berkelahi dengan anak-anak nakal yang sering menggangguku. Terkadang tubuhnya pun sering terluka karena melindungiku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertinya. Dia adalah sahabat terbaik yang Tuhan berikan kepadaku. Terimakasih Tuhan!

“Sudah puaskah kau memandangiku seperti itu?” ucapnya yang memergokiku yang sedari tadi memandanginya.

Aku terkaget. “Ahh.. Aniyo Kwangminie.” Wajahku memerah karena malu.

“Tidak usah berbohong, wajahmu saja sudah memerah.” Kwangmin mencubit pipiku.

“Ini karena udaranya dingin.” Kataku berbohong.

“Kau ini memang keras kepala! Huhh!! Ayo kita ke tempat itu!” ajaknya pada suatu tempat.

Kami segera keluar dari gereja untuk menuju ke tempat itu. Kami menyusuri jalan sambil bergandengan tangan. Suhu di sini sangat dingin sehingga membuatku agak kedinginan. Salju turun dengan lembut dari langit dan jatuh di tanganku yang tak memakai sarung tangan. Tangan hangatnya mampu menghangatkan tanganku yang dingin. Dia terus menggenggam tanganku erat. Tibalah kami di sebuah pohon natal yang besar yang dipenuhi pernak-pernik serta lampu bewarna-warni yang menghiasi pohon natal ini. Tempat ini sudah tidak asing bagiku, karena setiap malam natal aku dan Kwangmin selalu datang ke tempat ini. Kami selalu bertukar hadiah dan duduk menikmati suasana natal disini. Selama kami menjalin persahabatan kami selalu mengunjungi pohon natal ini. Tempat ini jarang sekali dikunjungi oleh orang-orang.

Aku dan Kwangmin duduk di bangku panjang berdua. Udara yang dingin terkadang membuatku bersin-bersin.
“Haaattttcchhhiii....!!!” Aku bersin sesekali.

“Mengapa kau tidak memakai syal? Suhu disini sangat dingin Channie.” Kwangmin melepaskan syal merahnya dan memakaikannya ke leherku.

“Tidak usah. Aku baik-baik saja. Pakai saja syalmu itu, nanti kau kedinginan.” Tolakku.

“Tidak apa-apa, aku ini anak laki-laki. Aku pasti kuat! Percaya lah.” Kwangmin tersenyum hangat.

“Baiklah kalau ini maumu.” Akupun mengangguk.

“Channie, aku ada sesuatu untukmu!” Anak laki-laki itu menyembunyikan tangannya di balik punggungnya.

“Aku juga.” Akupun menyembunyikan tanganku seperti dia.

“Baikklah, dalam hitungan ketiga kita keluarkan bersama-sama.” Kwangmin tersenyum lembut.

“Ok!”

“Satuu.. duaa.. tiga..!!” kami mengeluarkan hadiah bersama-sama dari balik punggung kami.

“Ini untukmu.” Ucapku sambil memberikan sebuah kotak.

Kwangmin langsung membuka kotak itu dengan semangat. “Wahh yoyo! Jeongmal gomawo Channie, bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan yoyo bagus ini. Kau hebat!!” Kwangmin menggoyang-goyangkan bahuku dengan kedua tangan mungilnya.

“Tentu saja. Aku ini kan sahabatmu.” Aku menyunggingkan senyum termanisku.

“Nah ini adalah hadiah pemberianku untukmu.” Anak laki-laki itu memberikan sebuah kotak kecil berwarna biru muda.
Aku segera mengambilnya dan membukanya secara perlahan. “Woww!! Kalung pasangan. Ini cantik sekali Kwangminnie.” Kuangkat kedua kalung yang berbentuk setengah hati itu. Itu adalah kalung pasangan yang masing-masing berbentuk setengah hati. Jika kedua kalung itu di satukan maka akan terbentuk sebuah hati yang indah.

“Aku harap kau bisa menjaga kalung ini Channie, satu kau yang pakai dan satunya lagi aku yang memakainya. Eottoke? Ini adalah tanda persahabatan kita.” Kwangmin mengambil satu dari kalung yang kupegang lalu memakainya di leherku.

“Baiklah, itu sudah pasti.” Akupun memakaikan kalung yang masih di tanganku dan memakaikannya ke lehernya.

“Kwangminnie, kalung ini bagus sekali. Ini adalah hadiah natal terindah yang pernah aku terima. Omona! Disini ada ukiran inisial nama kita.” Aku melihat bagian belakang mainan kalung itu yang terdapat inisial K&N yang berarti Kwangmin dan Nichan.

“Ya, eommaku yang memilihkannya, dia bilang kalung ini cocok dengan kita.” Kwangminpun memegang mainan kalung itu.

Aku dan Kwangminpun duduk berdua di bangku.
“Channie, lihat! Ada apa di keningmu?” Kwangmin menunjuk ke arah keningku dengan ekspresi polosnya.

“Mwo! Ada apa?” aku meraba-raba keningku yang sedikit tertutupi oleh topi rajutan.

“Coba kau dekatkan keningmu itu. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.” Perintahnya.

Akupun mengikuti perintahnya dan mendekatkan keningku ke wajahnya. Tiba-tiba. CHU~ Tanpa kuduga Kwangmin mencium keningku.

“Aissh!! Kau nakal!! Apa yang kau lakukan?” wajahku memerah seketika. Aku masih memegang keningku.

“Itu adalah ciuman persahabatan,” ucapnya polos.

“Aku tak percaya!!” aku menutupi wajahku karena malu.

“Eommaku bilang, mencium di kening adalah untuk seseorang yang kita sayang. Itu juga berari melambangkan rasa sayang dan peduli.” Ucap anak itu polos.
Aku hanya dapat dian dan tak berkutik.


Kami berdua diam seribu bahasa. Aku masih terkejut akan hal tadi. Tak ada dari kami yang memulai bicara. Suasana menjadi hening. Tiba-tiba anak laki-laki itu mencoba berbicara memecah keheningan.
“Channie, besok aku sudah tidak tinggal disini lagi.” Ucapnya dengan nada yang agak kecewa.

Sontak aku terkejut dan langsung menatapnya. “Jinca?”

“Nde, besok aku berangkat ke Amerika bersama Eomma dan Appa.” Kwangmin menundukkan kepalanya.
Aku tak menjawab ucapannya. Tiba-tiba air mataku terpecah begitu saja. Aku menutup wajahku mencoba menyembunyikan kesedihanku. Oh Tuhan. Mengapa di saat suasana natal seperti ini aku ditinggalkan oleh sahabatku yang paling kusayang? Besok adalah natal, itu adalah hari yang kutunggu-tunggu. Banyak hal yang ingin aku lakukan dengan sahabatku ini. Kini aku hanya mampu mengubur semua hal yang ingin kami lakukan besok.

“Kau tidak boleh pergi Kwangminnie.” Aku menatapnya sambil terisak.

“Aku juga tidak ingin pisah denganmu. Tapi ini adalah kemauan orang tuaku.”

Aku tak dapat menjawabnya. Aku hanya tertunduk dan menangis.

“Uljima Channie, tahun depan aku akan kembali lagi. Aku janji! Kita akan merayakan natal bersama lagi. Bermain bola salju, minum coklat hangat, bertukar kado bersama keluarga. Aku janji.” Kwangmin meyakinkanku. Kwangmin mengeluarkan sebuah sapu tangan putih yang ada di saku jaketnya. Dia menghapus air mata yang mengalir di pipiku.

“Benarkah? Kau janji?”

“Ya aku janji. Sudahlah jangan menangis. Kata Appa besok pagi kami berangkat. Kau harus ikut mengantarkan kami ya?” Kwangmin tersenyum manis.

Aku dan Kwangmin kembali menatap bintang bersama.

*******
Hari ini adalah hari dimana Kwangmin meninggalkan Seoul. Aku, Eomma, dan Appa mengantarkan keluarga Kwangmin ke bandara. Sejak di mobil aku terus memegang tangan Kwangmin. Rasanya aku tak mau pisah dengan sahabatku itu. Kamipun selalu bergandengan tangan saat berjalan di bandara.

“Nichan sayang, Kwangmin sudah mau berangkat beberapa menit lagi. Kalau kamu masih memegang tangannya erat seperti itu bagaimana Kwangmin bisa pergi?” kata Eomma lembut.

“Tapi Eomma, aku tidak mau pisah dengan Kwangmin.” Rengekku.
Kwangmin hanya tertawa melihat tingkahku.

“Channie, Masih ingat janjiku kan? Tahun depan aku akan kembali lagi. Kau jangan khawatir. Selama aku di Amerika kita bisa mengirim surat kan kan?” Kwangmin memegang pundakku.

“Ya Kwangmin. Ingat janjimu itu. Dan jangan pernah lupakan persahabatan kita.” Aku melepas tangannya dengan agak kecewa.

“Itu pasti, aku tidak akan melupakan persahabatan kita.”kata Kwangmin.

Orang tua Kwangmin dan orang tuaku berpelukan untuk perpiasahan. Air mataku berlinang lagi. Kini Kwangmin dan keluarganya berjalan ke ruang tunggu. Sambil berjalan anak laki-laki itu melambaikan tangannya ke arahku, wajah mungilnya hampir tenggelam oleh syal yang membalut lehernya. Akupun membalas lambaian tangannya disertai isak tangis.

**********

Sesampai di rumah aku duduk di depan televisi. Natal hari ini sungguh membosankan tanpa Kwangmin. Aku hanya dirumah menonton TV. Aku menatap acara televisi di depanku. Itu adalah kartun pikachu, biasanya aku dan Kwangmin menonton bersama di ruangan ini. Melihat kartun itu aku semakin rindu padanya. Akupun memutuskan untuk tidak menonton kartun itu dan beranjak ke kamar.

Sesampai di kamar aku duduk di atas kasur, kulihat pohon natal kecil yang berada di atas meja yang di dekatnya ada sebuah bola salju kaca hadiah pemberian Kwangmin tahun lalu. Kuambil bola salju kaca itu. Pandanganku mengarah keluar jendela, tirai-tirai jendela sedikit terbuka akibat angin dari luar.

**********
Bertahun-tahun setelah Kwangmin meninggalkanku. Dia lupa akan janjinya. Dia tak pernah datang mengunjungiku. Ratusan kali aku mengirimkannya surat, namun hasilnya nihil. Surat itu kembali lagi padaku karena alamat yang kuberikan tidak jelas. Dan beberapa hadiah natal yang ingin kuberikan padanya juga tak sampai pada tujuan. Entah apa kabarnya sekarang. Mungkin kini dia melupakanku.

Sampai kapanpun aku takkan melupakanmu Kwangmin. Jauh di lubuk hatiku yang terdalam ternyata aku mencintaimu. Rasa sayangku padamu sebagai sahabat kini berubah menjadi rasa cinta. Selama beberapa tahun ini hidupku menjadi murung. Aku sering mengurung diri kamar sambil menatap foto-foto kita sewaktu kecil. Andaikan hal itu terulang kembali. Dan andaikan waktu itu aku tidak membiarkanmu pergi, mungkin kau masih disini bersamaku. Bercanda bersama, tertawa bersama, dan menikmati hal-hal indah bersama. Kwangmin-ah kumohon kembalilah. Aku sangat merindukanmu. Merindukan wajahmu yang dulu. Mungkin sekarang kau sudah berubah dan tinggi badanmu juga sudah bertambah. Oh tuhan! Kembalikanlah sahabatku itu.

Setiap hari aku berdoa agar  dapat bertemu dengan Kwangmin. Kini Kwangmin keberadaannya ntah dimana. Aku memohon pada Appa untuk mencari tau tempat tinggal Kwangmin dan keluarganya. Namun kata Appa tidak mudah mencari mereka. Aku patah semangat. Setiap malam natal aku sering mengunjungi tempat yang sering kami kunjungi itu, tak salah lagi adalah pohon natal itu. Aku datang dengan membawa hadiah untuknya. Selama berjam-jam aku menunggunya. Tetapi dia tak tak pernah datang ke tempat itu, tempat dimana dia berjanji akan menemuiku setelah setahun meninggalkanku. Setiap malam natal aku duduk di bangku itu dan mengenang masa kecil kami berdua.

**********

Hari ini adalah malam natal yang kesekian kalinya. Aku tak pernah patah semangat untuk menantinya disini. Walaupun malam-malam natal sebelumnya dia tak pernah datang. Tapi aku akan tetap menunggunya sampai kapanpun. Di tangaku masih memegang sebuah hadiah yang akan kuberikan padanya. Aku harap natal kali ini dia datang.
Sudah berjam-jam aku duduk di bangku ini.  Salju tebal sudah menyelimuti sweater hangatku. Lebih tepatnya kini sudah tengah malam. Aku mulai mengantuk tetapi semua itu aku coba tahan. Aku yakin dia pasti datang.
Mataku hampir terpejam, tapi tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku. Dia menutup kedua mataku. Sontak aku mencoba melepaskan kedua tangannya itu. Namunn tenagaku tak seimbang dengan tenaganya.


“Kkau siapa? Lepaskan aku!! Byeontae!” teriakku.

“Ssstt.. jangan berisik.” Katanya, orang itu langsung melepaskanku.

Dengan sigap aku langsung berdiri dan menatap orang yang ada di belakangku. Ternyata dia adalah namja, wajahnya tampan, matanya besar, tubuhnya jangkung dan tinggi. Aku merasa bersalah tadinya kukira dia adalah orang jahat yang ingin mencelakaiku, tetapi dari penampilannya tak tampak sedikitpun penampilan orang jahat. Namja itu tersenyum manis padaku. Senyumannya itu mengingatkanku pada seseorang yang kurindukan.

“Maaf aku telah mengagetkanmu!” ucap namja bertubuh jangkung itu.

Aku menaikkan alisku. “Kau siapa?” tanyaku.

“Kau tidak mengenaliku? Kita berdua dulu sering ke tempat ini.” Kata namja itu.

Ahh siapa namja ini? Apa jangan-jangan dia orang jahat? “Mungkin kau salah orang.” Aku langsung berjalan meninggalkannya.

“Heii jamkkaman Channie..!!” tiba-tiba namja asing itu menarik tanganku sambil memanggilku Channie. Itu adalah nama pemberian Kwangmin untukku, hanya Kwangminlah yang memanggilku dengan nama itu.

“Jangan kau panggil aku dengan seperti itu! Hanya Kwangmin yang boleh memanggilku seperti itu. Kau siapa?? Cepat katakan! Atau aku akan berteriak ke orang-orang bahwa kau adalah seorang yang maniak!” bentakku.

“Channie, kau sudah melupakanku? Aku Kwangmin, Jo Kwangmin. Sahabatmu.” Namja itu membalikkan memegang pundakku.

Tubuhku bergetar seketika mendengar pengakuan darinya. Butiran bening keluar dari pelupuk mataku. Ternyata orang yang selama ini aku cari-cari dan yang kurindukan kini telah berada di hadapanku.

“Kau benar Kwangmin?” aku memegang pipinya.

“Ya. Channie.”

“Sungguh?”

“Sungguh, ini buktinya.” Kwangmin mengeluarkan kalung yang kukenali dari balik syalnya.

Aku langsung memeluknya erat dan kini air mataku sudah pecah. “Kau jahat!! Kau jahat Kwangmin! Kau tidak tau kalau selama ini aku menunggumu? Kau bilang kau akan kembali setelah satu tahun meninggalkanku. Nyatanya apa? Kau tak pernah kembali. Bahkan di tahun-tahun berikutnya kau juga tak pernah datang. Kau jahatt!!!” Tangisku sambil memukul dadanya, Kwangmin hanya terdiam merasa bersalah.

“Maafkan aku Channie, aku menghilang begitu saja. Ini salahku!! Pukul aku semaumu.” Katanya dengan nada bergetar.
Aku menangis di hadapannya.

“Uljima Channie.” Kwangmin mengusap air mataku dengan tangannya. Tangisku mulai mereda saat Kwangmin mengusap air mataku.

Dengan sangat erat aku memeluknya, rasanya aku tak ingin melepasnya lagi dan kehilangan untuk kedua kalinya.

“Katakan padaku bahwa selama ini kau kemana?” tanyaku sambil melepaskan pelukanku.

“Aku memang tinggal di Amerika. Namun saat di Amerika Eomma mengidap penyakit kanker dan harus berobat ke Jerman. Selama bertahun-tahun Eomma mengalami masa penyembuhan di Jerman. Aku tidak sempat mengirimkanmu surat. Maafkan aku Channie.” Jelasnya.

“Ya aku bisa mengerti sekarang. Kumohon sekarang jangan pernah tinggalkan aku lagi.”

“Tentu saja. Aku akan berada disisimu selamanya. Dan aku akan hidup bersamamu.”

“Maksudmu?” aku mengernyitkan alis.

“Will you marry me?” Kwangmin mengeluarkan cincin dari saku jaket hitamnya.

Aku hanya terdiam dan membelalakkan mataku.

“Ya Channie, maukah kau menikah denganku?”

“Mmm..??” aku masih tak mengerti apa yang Kwangmin katakan barusan, otakku sulit mencerna perkataanya.

“Park Nichan. Maukah kau menikah denganku, tinggal bersamaku, hidup bersamaku, dan menghabiskan sisa waktumu bersamaku selamanya?” Kwangmin menaikkan kedua tanganku dan mencium tanganku dengan lembut.

“Ya, Kwangmin.” Ucapku dengan nada bergetar.

Kwangmin memelukku erat. Pelukan hangatnya mampu mengalahkan suhu dingin yang bersalju di tempat ini. Perlahan kami melepaskan pelukan kami.

Kini aku menatap bola mata namja yang ada di depanku. Kami saling bertatapan lekat satu sama lain.
Tatapannya mengartikan sesuatu. Bola matanya seakan dapat berbicara. Perlahan-lahan Kwangmin mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan sangat dekat sampai tak ada jarak sedikitpun. Kini wajahnya sudah ada dihadapanku. Deru nafas hangatnya bisa kurasakan. Dengan lembut dia mengecup bibirku.
“Saranghae Channie.”

Natal tahun ini sangat berkesan bagiku. Selain dapat bertemu dengar seorang kucintai aku juga dapat hadiah natal yang yang tak terduga.

END~

Kamis, 01 Desember 2011

Dream Lover

Dia memang hanya dia
Ku s’lalu memikirkannya
Tak pernah ada habisnya
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Harta yang paling terindah
Di perjalanan hidupku
Sejak derap denyut nadiku
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Reff:
Ku ingin kau tahu isi hatiku
Kaulah yang terakhir dalam hidupku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada
Benar dia, benar hanya dia
Ku s’lalu menginginkannya
Belaian dari tangannya
Mungkin hanya dia
Indahnya sangat berbeda
Ku haus merindukannya

Back to Reff
Ku ingin kau selalu di pikiranku
Kau yang selalu larut dalam darahku
Tak ada yang lain
Hanya kamu
Tak pernah ada
Takkan pernah ada

Tau gak itu lagu apa? Itu lagu GEISHA, judulnya TAKKAN PERNAH ADA. Lagu ini pass banget sama suasana hati gue sekarang. Awalnya tadi siang gue lagi karokean sama temen. Temen gue milih lagu itu, karna gue juga hafal sama tuh lagu, akhirnya kami pilih lagu itu. Sebenernya gak jarang sih gue nyanyiin lagu itu di rumah. Tapi pas di tempat karokean itu gue menghayati banget pas nyanyi lagu itu. Dari situ gue mulai sadar kok lagu ini pass banget sama gue ya? 
Disini ceritanya seorang cewe yang mengagumi seseorang. Cewe itu sangat mencintai seseorang itu. Perasaannya sangat dalam bahkan lebih dalam dari samudra(?). Luas, melebihi jagat raya. Besar, melebihi dunia. Tinggi, bahkan lebih tinggi dari langit. Namun, seorang yang dicintainya tidak mengetahui perasaannya. Cewe itu berharap seseorang yang dicintainya itu bisa mengetahui isi perasaannya selama ini. Tiap hari cewe itu selalu memikirkan nya, tiada hari tanpa memikirkannya. Sampai-sampai cewe itu menggap seseorang itu adalah harta terindah yang dia miliki selama hidupnya.
Kalau gue, ya! gue akuiyang gue tulis di atas itu semua itulah yang gue rasain. gue suka sama seseorang. Gue cinta sama dia. Gue pengen dia tau perasaan gue. Tapi itu mustahil buat dilakuin. Karna untuk bisa dapetin dia pasti butuh kesabaran yang tinggi. Dia jauh dari gue, jauuuuhhhh banget. Bagi gue mengenalnya adalah hal yang terindah dalam hidup gue. MUSTAHIL bisa dapetin dia. Gue berdo'a terus.Mungkin gue cuma jadi Dream lover. Ada yang bilang 'tak ada yang tak mungkin di dunia ini', gue harap itu bener. Tuhan gak pernah bilang 'tidak' pada kehendaknya.

Kamis, 24 November 2011

Yaa~ begitulah

NILAI GUE JEBLOK
KADANG GAK KONSEN KALO BELAJAR
SERING GAK SELESAI PR

MALAS
BANYAK DAPET REMEDIAL
SERING NYONTEK KALO ULANGAN
GAK SEMANGAT KALO BELAJAR


Nah, itulah yang gue alamin sekarang. Ntah kenapa selama SMA ini gue jadi down begini. Haduuh.. pusing deh gue. Bukannya gue sombong dan menyombongkan diri tapi sedikit angkuh #plakk dulu pas gue masih di SMP hal kayak gini tuh jarang gue alamin. Nilai walaupun gak bagus-bagus amat tapi gak malu-maluin. Sering konsen kalo belajar. Paling takut kalo gak selesai PR. Rajin. Nilai diatas KKM dan gak gak pernah Remedial. Paling takut dan takut dosa kalo nyontek pas ulangan, nah sekarang malah jadi hal yang udah biasa. Semangat kalo belajar. Widiih.. parah deh pokoknya. Gue takut pas Ujian semester ntar nilai gue pada jeblok. Nilai mid gue aja lumayan (lumayan ancur maksudnya). Gue tau sih dari hal yang gue alamin ini jadi pelajaran buat gue, gue harus bisa ngerubah semua itu dengan belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi gimana ya? hmm.. ya itulah.. itu yang mana riz? ya itu. yang mana sih riz? yaitu masalahnya, gue males belajar #busseettt

Rabu, 23 November 2011

[FF] Love Is True ~ Chaptered-5 (ENDING)

Author :
RIZKA ANIZA


Cast ::
~Cha Young Moon
~Jo Kwangmin
~Jo Youngmin
~Cha Sunwoo aka BARO of B1A4
~Cha Siwoon aka appanya Youngmoon &Sunwoo
~Han Hyesang aka eommanya Youngmoon & Sunwoo
~Lee Jeongmin
~Lee Hyerin
~Eunji~Minyoung (pemeran baru)


Lenght :
~Chaptered

Genre ::
~Romance
~Friendship
~School life


^^Happy Reading^^
Aku segera menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Kulihat Ahjumma sedang memasak sesuatu. Kulihat Kwangmin juga membantunya. Tanpa ragu aku segera menghampiri mereka.
“Wah.. sedang masak apa nih? Harum sekali ahjumma.” Kataku sambil mencium bau masakan yang ada di dalam panci.
“Ahjumma sedang masak kimchi nih. Coba dirasain!” Ahjumma menyuruhku untuk mencicipi masakannya. Wah, ternyata enak.
“Wuaah.. enak sekali.. Ahjumma.”
“jinca?”
“Ne..”
Kulihat Kwangmin sedang duduk di meja makan. Dia hanya tersenyum-senyum melihat keakrabanku dengan ibunya.

~Chaptered-5 (ENDING)~

*******
Yeah, aku duduk di kursi penonton di lapangan basket bersama sahabatku Hyerin. Belakangan ini Hawkers yang tak lain da tak bukan adalah tim basket andalan sekolah kami SOPA (read: seoul of performing art school) minggu depan akan mengadakan pertandingan dengan sekolah Daegu music school. Diantaranya pemain tersebut Sunwoo Oppa yang sebagai Kaptennya, Lee Jeongmin oppanya Hyerin, Kwangmin yang tak lain dan tak bukan adalah namjachinguku, Youngmin kembaran dari namjachinguku, dan kelima anggota lainnya. Mereka sibuk mempersiapkan matang-matang permainan mereka saat ini. Belakangan ini Kwangmin jarang menghabiskan waktunya bersamaku. Awalnya dia sangat menyesali akan hal ini dan memutuskan untuk tidak ikut dalam pertandingan. Tapi aku menolak dan menyuruhnya agar tetap ikut dalam pertandingan. Bagaimanapun aku tetap mendukung segala kegiatannya demi kebaikan, walaupun itu mengurangi waktuku bersamanya.
Duk..dukk..dukk... terdengar suara bola yang di dribble oleh Sunwoo Oppa. Tubuhnya gesit dalam permainan bola basket. Sesekali dia menoleh ke arah tempat aku dan Hyerin duduk. Dan opps. Sunwoo oppa melakukan wink dan menunjukkan aksinya itu ke arah Hyerin. Dengan spontan Hyerin histeris terkagum-kagum melihat Oppaku.
“Kyaaaaa~” teriak Hyerin histeris tepat di telingaku. Hyerin hampir berhasil membuat gendang telingaku pecah karena suara nyaringnya itu.
“Omona! Sudah Hyerin...” Aku segera menutup telingaku dengan kedua tanganku.
“Wuaaaahhh.... Sunwoo Oppaaaaa~” teriaknya lagi. Namun kali ini teriakannya lebih dahsyat dari yang sebelumnya.
Hyerin tak mempedulikan kata-kataku, dia tetap asyik meneriaki Oppaku. Perlahan segera menjauh darinya, takutnya dia akan terus-terusan berteriak nyaring seperti itu lagi.
“Youngmoon, lihat Sunwoo Oppa. Oh em ge..!!” katanya, tangannya meraba-raba tempat yang kududuki tadi namun pandangannya tak lepas dari Sunwoo Oppa. Kulihat dia sudah menyadari kalau aku sudah tidak berada di sampingnya lagi. Dia mencari-mencari sosokku dan berhasil menemukanku yang duduk di bangku atas.
“Ha?? Apa? Kau tau tidak? Kau hampir membunuhku dengan suara nyaringmu itu.” Kataku sambil memakan snack yang ada di tanganku.

“Uh.. Jeongmal mianhe Youngmoon, aku tidak bisa menahan diriku. Oppamu sungguh mempesona. Hehee” jawab Hyerin sambil cengengesan.
“Hmmm... kau ini..!!” kataku.
“Haii Youngmoon... Haii Hyerin..!!” sapa dua orang yeoja ke arah kami dengan ramah. Dan tak kusangka dua yeoja itu adalah Eunji dan Minyoung. Ya, Minyoung adalah teman satu geng Eunji. Tapi apa tujuan mereka kemari? Apa mereka akan merusuhi kami?
“Kau?? Mau apa kau kemari??” tanyaku dengan suara lantang.
“Ahh... tunggu Youngmoon. Kali ini aku datang tidak untuk merusuhi kalian.” Jawabnya. Aku langsung kaget dengan jawabannya itu. Mungkinkah Seorang Eunji yang terkenal sadis akan merubah sikapnya menjadi lembut seperti ini? Tanda tanya besar sudah menyala-nyala di otakku.
“Maksudmu?” tanyaku dengan penuh selidik.
“Ya~ niatku kesini ingin minta maaf padamu. Aku sudah banyak melakukan kesalahan padamu. Jeongmal mianhe..!!” Eunji berlutut di kakiku dan Hyerin.
“Ah.. sudahlah. Ayo berdiri.” Ucapku.
“Youngmoon.. Hyerin.. aku juga minta maaf. Selama ini aku juga salah padamu dan Hyerin. Aku dan Eunji sudah sadar atas kelakuan kami selama ini. Yeah, walaupun hanya kami berdua yang baru menyadari sikap kami selama ini. Tapi aku dan Eunji akan berusaha untuk membujuk teman kami yang lain untuk meminta maaf pada kalian.” Jelas Minyoung. Gadis cantik itu menundukkan wajahnya dan memegang tanganku dan Hyerin.
“Ne~ aku akan memaafkan kalian. Dan kau Hyerin apa kau mau memaafkan mereka? Aku harap kau juga mau memaafkan mereka.” Kataku pada Hyerin yang masih bingung akan kejadian ini.
“Ya.. aku akan memaafkan mereka asal mereka janji untuk berhenti menggencet murid-murid lemah di sekolah ini.” Kata Hyerin dengan ekspresi yang masih ragu untuk memaafkan.
“Oh.. Syukurlah.”ucap Eunji dan Minyoung serempak. Tampak di pandanganku wajah Eunji dan Minyoung tak sedih lagi.
“Kalau boleh tau. Apa yang membuat kalian menyesali perbuatan kalian?” tanya Hyerin.
Eunji menjelaskan semua yang terjadi. Ternyata mereka hampir di keluarkan oleh pihak sekolah karena sudah banyak murid-murid lemah yang digencet oleh mereka. Mungkin hal itu sudah biasa. Tetapi kali ini beda lagi, seorang murid bernama Song Ji Ah kehilangan nyawanya karena bunuh diri, dia frustasi dan merasa tertekan oleh kelakuan Eunji dan gengnya yang menjadikannya bulan-bulanan mereka. Dia merasa bunuh diri adalah jalan terbaik baginya agar terlepas dari siksaan Eunji dan gengnya. Setelah mendengar hal itu aku dan Hyerin kaget bukan main, karena pihak sekolah tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun.
“Oh~ begitu. Baguslah kalau kalian sekarang menyesali perbuatan kalian.”ucapku.
“Jadi, apakah benar kalian akan memaafkan kami dan bisa menjadi teman baik kami?” ucap Minyoung. Yeoja cantik itu mengeluarkan aegyeonya yang membuat semua orang gemas melihatnya.
“Ya, kita bisa mulai dari sekarang. Aku harap kalian tidak pernah berbuat jahat lagi.” Kali ini Hyerin yang menjawab, wajahnya tak menunjukkan ekspresi ragu lagi. Syukurlah Hyerin sudah bisa menerima mereka. Kami berempatpun berpelukan.
“Heii.. yeoja.. yeoja..!! kalian sedang apa? Bukannya melihat aksi kami tapi malah berpelukan.” Teriak Jeongmin. Tiba-tiba Jeongmin melambaikan tangannya dan tersenyum lembut ke arah Eunji. Eunjipun membalas lambaian tangan Jeongmin dengan malu-malu.
Kami segera duduk di bangku penonton sambil memakan snack. Dengan serunya kami melihat aksi namja-namja tampan itu dengan permainan hebatnya. Sesekali Eunji meneriaki nama Jeongmin dan Minyoung meneriaki nama Youngmin. Aneh pikirku, bukannya Eunji dulu pernah bilang kalau Youngmin hanya miliknya dan tak boleh siapapun mendekati Youngmin? Tapi kenapa kali ini Eunji tidak memperhatikan Youngmin tetapi malah memperhatikan setiap gerak-gerik Jeongmin? Atau jangan-jangan.
“Eunji boleh aku menanyakan sesuatu padamu?” bisikku pada Eunji.
“Ya. Kau mau bertanya apa Youngmoon?” tanyanya disertai senyuman manisnya.
“Maaf, kalau ini menyangkut privasimu. Uhmm.. apakah kau menyukai Lee Jeongmin oppa?” tanyaku sedikit ragu. Awalnya dia sedikit ragu dan malu-malu untuk menjawab. Tetapi akhirnya dia mau menjawab pertanyaanku.
“Hmm.. kurasa tebakanmu itu benar.” Ucapnya. Bisa kulihat wajahnya bersemu merah saat mengatakan hal itu.  Yeah. Sekarang Eunji menyukai Jeongmin.
Nah, sekarang aku melihat Minyoung yang sesekali meneriaki Youngmin. Tak salah lagi pasti dia menyukai Youngmin. Sebenarnya aku ingin bertanya langsung padanya, ah.. tetapi aku segan untuk menanyakannya. Sudahlah, lagian itu urusan mereka.
Sekarang perhatianku hanya tertuju pada namjachinguku. Dia tampak berbeda dengan baju basketnya. Sesekali mata kami bertemu, tetapi dia tetap fokus dengan permainannya. Dan.. Oops.. Kwangmin melakukan lay up dan berhasil mencetak angka. Aku bersorak-sorak ria dan melompat karena senangnya. Dan ketiga yeoja yang duduk di sampingku hanya bertepuk tangan. Wajar saja, jika yang berhasil mencetak angka adalah namja yang disukainya maka mereka akan memberikan respon yang sama seperti halnya aku tadi.
Waktu latihan sudah habis, sekarang saatnya tim basket sekolah kami istirahat. Aku, Hyerin, Minyoung, dan Eunji segera turun dari kursi penonton dan menghampiri keempat namja itu (read: Sunwoo, Jeongmin, Youngmin, dan Kwangmin). Mereka terlihat kelelahan dan basah. Baju mereka dibasahi dengan keringat mereka. Hyerin, Minyoung dan Eunji menghampiri namja yang mereka sukai. Sedangkan aku tak salah lagi langsung menghampiri namjachinguku dengan membawa dua buah handuk kecil dan sebotol minuman.
“Ahh~ chagiya, kau terlihat lelah.” Kataku.
“Ya. Ayo seka keringatku ini. Kau kan yeojachinguku.” Katanya sambil menaruh tanganku yang memegang handuk ke dahinya. Dengan lembut aku menyeseka keringat yang membasahi dahi dan lehernya. Rambutnya juga basah. Dia terlihat lebih sexy kalau seperti ini. Hahaha. Hyerin, Minyoung, dan Eunji menatap aku dan Kwangmin miris. Jelas saja mereka tidak bisa melakukan seperti apa yang aku lakukan terhadap Kwangmin. Sudah pasti mereka iri. Dengan insting jahilku aku memanas-manasi dan ketiga yeoja itu. Aku memperlihatkan kemesraanku dengan Kwangmin. Jelas saja Kwangmin tidak keberatan. Huhh.. dasar namja.
::YOUNGMOON POV END::

::AUTHOR POV::
Youngmoon terus memanas-manasi ketiga yeoja itu. Karena merasa kesal melihat aksi Youngmoon dan Kwangmin, Hyerin dengan nekatnya langsung menghampiri Sunwoo dan menyeka keringatnya. Terlihat kalau Sunwoo benar-benar tidak keberatan. Hal itu membuat Hyerin senang.
Dan tampak di sudut ruangan, Minyoung sedang berbincang-bincang dengan Youngmin. Mereka terlihat akrab.
Tak lain halnya dengan Eunji, dia terus melakukan trik agar bisa dekat dengan Jeongmin. Dia tahu dekat dengan Jeongmin itu susah, karena imejnya dimata Jeongmin sudah jelek.

********
Latihan selesai. Minyoung mengajak Youngmin bertemu di taman sekolah. Minyoung datang lebih dahulu dari Youngmin. Di tangannya terdapat sebuah kotak cantik berwarna biru dan berpita merah muda. Sesekali yeoja cantik itu mengatur nafasnya dan memegang dadanya agar lebih tenang. Hari ini dia akan menyatakan cintanya pada namja pujaan hatinya, Youngmin.
“Ohh.. haii Minyoung?? Mian aku telat. Tadi pelatih Kim memberikan sedikit pengarahan pada kami. Sekali lagi Jeongmal mianhe.” Ucap Youngmin sambil terengah-engah. Di gantungkannya handuk kecil di lehernya dan dia masih memakai seragam Hawkers.
“Uhmm.. Gwaenchana. Aku mengajakmu kesini hanya untuk memberimu ini.” Minyoung pun menyodorkan kotak cantik itu dengan jantung yang berdegup-degup.
“Ini?” kata Youngmin sambil meraih kotak itu dan menaikkan alisnya.
“Ya. Ayo dibuka! Aku harap kau menyukainya.” Kata Minyoung. Dadanya berdegup dengan cepat.
Youngmin langsung membuka kotak itu dengan perlahan, setelah dibukanya dia mengeluarkan sebuah boneka Winnie The Pooh dari kotak itu. Dilihatnya boneka itu memegang sebuah bentuk hati yang bertuliskan I Love U Youngmin. Youngmin semakin tak mengerti apa maksud yeoja ini.
“Maksud ini apa?”tanya Youngmin.
“Kau tak tahu? Ini bentuk pengakuan perasaanku terhadapmu.” Jawab Minyoung.
“Geurae?? Kau menyukaiku??”
“Lebih dari sekedar menyukai. Aku mencintaimu.” Jelas Minyoung. Kata-kata itu terlontar begitu saja tanpa difirkirkannya.
“Tapi..” belum selesai menjawab, Minyoung memotong pembicaraan Youngmin.
“Aku yakin kau pasti tidak mencintaiku. Hmm...!!”
Youngmin masih belum bisa mencerna fikirannya, dia masih bingung akan hal ini. Fikirannya bercampur aduk.
“Minyoung, begini saja. Jika tim kita kalah kau boleh menjadi yeojachinguku. Dan jika tim kita menang maka akan jadi sebaliknya.” Jelas Youngmin. Kata-kata itu terdengar begitu aneh di telinga Minyoung.
“Uhm.. baiklah!!”
“Yeah~ terimakasih atas hadiah ini. Bagaimana kau tau kalau aku menyukai Pooh?” tanya Youngmin.
“Jelas saja aku tahu. Aku selalu memperhatikanmu.” Ucap Minyoung yang membuat Youngmin kaget.
“Yeah.. mungkin aku harus kembali ke lapangan. Bye..” kata Youngmin sambil memegang handuk yang tergantung di lehernya dan melambaikan tangan ke arah Minyoung. Minyoung hanya menghela napas lega karena sudah menyatakan perasaannya.
“Nae Youngmin-ah..”

*******
Beberapa haripun berlalu. Besok adalah hari yang di tunggu-tunggu. Tak salah lagi, besok adalah hari pertandingan sekolah SOPA & sekolah DAEGU. Tim Hawkers dan Raging sudah mempersiapkan matang-matang permainan mereka. Semua anggota tim sibuk memikirkan pertandingan besok, tetapi tidak dengan Youngmin. Namja itu berdiri di balkon kamarnya sambil merasakan dinginnya angin yang menembus kulitnya. Fikirannya hanya tertuju pada Yeoja yang beberapa hari yang lalu menyatakan perasaannya. Tangan kanannya masih memegang boneka Pooh itu. Dilihatnya boneka Pooh itu sambil tersenyum. “Yeah.. sepertinya aku sudah menemukan jawabannya.”
*******

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ruang olahraga SOPA bergemuruh saat babak pertama. Pertandingan Hawkers dan Raging mendekati saat-saat terakhir. Cheerleaders dari masing-masing tim memandu untuk bersorak dan memberikan semangat. Tetapi di lapangan, para pemain tidak memperhatikan suara apapun kecuali suara nepas mereka sendiri dan lenguhan disana sini saat mereka berhasil memblok tembakan lawan, melompat untuk melakukan rebounds dan berlari dengan cepat.
Di tengah kekacauan itu, kapten tim Hawkers yang tak lain adalah Cha Sunwoo menarik napas dalam-dalam dan menatap papan skor. Skornya adalah dua puluh enam untuk tim Hawkers dan tiga puluh empat untuk tim Raging. Bel pun berdering dengan tiba-tiba. Babak pertama telah berakhir.
Anggota Hawkers semakin luluh lantak.
Ruang ganti pun dipenuhi oleh anggota tim. Terlihat pada ekspresi mereka semua yang semakin cemas dan tertekan. Beberapa pemain duduk di kursi panjang dan menggelosor, mereka kelelahan. Semua mata melihat ke arah Kapten yang tak salah lagi adalah Cha Sunwoo, dia duduk di sebelah anggota timnya, Lee Jeongmin. Dan dua orang junior lainnya Youngmin dan Kwangmin.
Pelatih Kim melihat ke sekeliling ruangan. Dia tau apa yang dirasakan timnya saat ini. Dia percaya kalau mereka bisa mengejar ketertinggalan mereka di babak kedua. Sepuluh menit lagi babak kedua akan di mulai, semua anggota tim bersiap-siap memakai seragam Hawkers kembali.
Para anggota Hawkers tahu saat babak kedua akan dimulai. Jika, mereka ingin menang, mereka harus main habis-habisan. Dan tepat mereka menginjak lapangan, itulah yang mereka lakukan. Kwangmin berlari ke sekeliling lapangan, menggerakkan teman-temannya agar mengikuti permainan yang sudah mereka latih belakangan ini. Youngmin mengoper bola dan berlari mendekati keranjang, siap menerjang untuk mendapatkan dua angka.
Permainan semakin seru. Tim Hawkers berhasil menambah angka terus. Pelatih Kim tersenyum bangga pada anggota timnya. Di kursi penonton, Youngmoon, Hyerin, Minyoung, dan Eunji menonton aksi tim sekolah mereka dengan cemas. Detik-demi detik berlalu, tim Hawkers berhasil mengejar ketertinggalan mereka. Kwangmin melihat ke arah sekeliling ruangan lapangan, dia berharap bisa menemukan wajah yeojachingunya di antara lautan wajah penonton. Dan akhirnya dia berhasil menemukan wajah Youngmoon. Mata mereka saling bertemu. Youngmoon mengepalkan tangannya dan memberikan semangat. Bagi Kwangmin hal itu dapat menambah semangatnya, diapun kembali fokus pada pertandingan. Kwangmin melangkah ke garis depan dan dapat men shout dua tembakan dengan mudah. Semua penonton besorak dan meledak dalam kegembiraan.

Walaupun begitu, mereka harus menambah satu angka sebelum bel berdering. Beberapa menit lagi waktu pertandingan akan habis. Semua penonton yang semulanya gembira menjadi tegang dan cemas. Jeongmin melempar bola ke arah Youngmin, dan menembaknya kembali ke arah Sunwoo. Tiba-tiba Sunwoo dikelilingi pemain Raging, untungnya dia berhasil membebaskan diri dan mengoper bola ke arah Kwangmin. Kwangmin pun mengoper bola ke arah Jeongmin. Bukannya langsung men shout, Jeongmin mengoper ke arah Youngmin yang posisinya tak terjaga oleh tim Raging. Itu adalah kesempatan besar bagi Youngmin untuk mencetak satu angka. Dan Youngmin pun berhasil me lay up satu angka tepat saat bel berdering.
Dan tim Hawkers menang...!!!
Penonton berhamburan turun ke lapangan. Mereka sorak-sorak. Sang kapten tim basket, Sunwoo mengangkat tinggi-tinggi piala kebanggaan mereka dengan senang. Youngmoon, Hyerin, Minyoung, serta Eunji masih di duduk di kursi penonton dengan wajah yang gembira.

******
Kemenangan kali ini mereka rayakan di taman sekolah. Saat itu malam sangat indah, bintang-bintang bertaburan menghiasi langit yang gelap. Tak hanya murid-murid yang ikut merayakan pesta, tetapi orang tua murid juga ikut memeriahkan suasana. Tampak di kerumunan, Youngmoon dan Kwangmin sedang membuat barbekyu. Mereka terlihat mesra dan menjahili satu sama lain. Tetapi ketiga yeoja itu (read : Hyerin, Minyoung, dan Eunji) serta ketiga namja anggota Hawkers (read: Sunwoo, Youngmin, dan Jeongmin) tidak terlihat sama sekali di tengah-tengah acara pesta kemenangan. Masing-masing dari mereka berada di sudut-sudut tempat yang tak dapat diketahui oleh siapapun.
Minyoung duduk di ayunan dengan manis. Disebelahnya terdapat Youngmin yang sedang duduk di ayunan juga. Tangan Youngmin memegang boneka Pooh pemberian Minyoung. Suasana diam dan hening. Tak ada satupun dari mereka yang memulai percakapan. Tiba-tiba Youngmin memulai percakapan dan memecahkan keheningan.
“Sungguh sulit di percaya, akhirnya kami menang. Ini berkat doa kalian. Aku sungguh terharu saat ini.” Ucap Youngmin. Pandangannya lurus kedepan.
“Bukan hanya doa, tetapi berkat usaha dan semangat kalian selama ini juga yang membuat kalian berhasil seperti ini. Ya, aku sangat gembira atas kemenangan tim sekolah kita. Tetapi disisi lain aku kecewa.” Gadis itu menunduk dan rambutnya mengahangi wajahnya sehingga Youngmin sulit untuk melihat wajahnya.
Youngmin segera bangkit dari duduknya di ayunan dan menaruh boneka itu di ayunan. Dia berdiri di depan Minyoung yang masih menunduk. Youngmin menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah yeoja cantik itu dengan lembut. Minyoung tersentak kaget dan langsung mengusap air matanya.
“Ya. Aku memang pernah membuat perjanjian seperti itu. Dan kau sudah tahu jawabannya.” Kata Youngmin.
“Ne, aku tahu. Tim kita sudah menang, dan itu artinya aku tidak menjadi yeojachingumu. Semua hanya harapan yang tak berguna. Harusnya dari awal aku sadar, kalau aku ini tidak pantas untuk jadi kekasihmu. Sebaiknya perasaanku terhadapmu akan kubuang jauh-jauh. Dan aku tak akan menampakkan wajahku lagi di depanmu. Anggap saja kita tidak saling kenal.” Kata Minyoung dan langsung berlari, namun Youngmin langsung menarik tangannya. Alhasil Minyoung tidak dapat berlari.
“Siapa bilang?” ucap Youngmin. Minyoung heran dengan perkataan namja yang ada di depannya.
“Maksudmu?”
Tiba-tiba Youngmin memegang kedua tangan Minyoung. Minyoung tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menatap namja berambut pirang itu.

“Aku akan mencabut semua perkataanku. Maka, jadilah yeojachinguku. Aku mohon.” Ucap Youngmin sambil menaikkan kedua tangan Minyoung yang di pengangnya dan mencium tangan Minyoung dengan lembut. Perkataan itu semakin membuat Minyoung tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya terpaku melihat namja pujaan hatinya itu.. Angin semilir menambah keromantisan suasana. Rambut pirang Youngmin sesekali terbawa angin. Begitu juga dengan Minyoung, rambut panjangnya dibiarkannya tergerai dan terhembus angin. Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain. Lalu Youngmin mendekatkan posisi tubuh dan wajahnya ke arah Minyoung. Minyoungpun memejamkan matanya dan.....
CHU~

*******
Di tempat lain Hyerin dan Sunwoo sedang duduk berdekatan sambil menikmati barbekyu buatan Youngmoon dan Kwangmin, mereka terlihat lebih mesra dari biasanya.
Dan di ujung, tampak Eunji dan Jeongmin sedang berdiri berbincang-bincang. Masing-masing dari mereka memegang balon berbentuk hati. Tidak  terlihat kesedihan diantara mereka.
Kwangmin dan Youngmoon duduk di bangku taman sekolah. Di tangan Kwangmin terdapat sebuah liontin berbentuk hati. Tanpa ragu, segera dia pakaikan ke leher yeojachingunya itu. Youngmoon tampak senang.
“Chagi, terimakasih untuk semuanya.” Kata Youngmoon sambil meletakkan kepalanya di bahu Kwangmin dengan manja.
“Ada yang ingin aku katakan kepadamu.” Kwangmin membelai rambut Youngmoon.
“Mwoya?”
“Eomma dan Appa ku bilang, minggu depan adalah hari pertunangan kita.” Ucap Kwangmin santai.
“Mwo!!!” teriak Youngmoon. Dia segera bangun dari bahu Kwangmin dan menatap ke arah Kwangmin.
“Iya. Kau tidak percaya?” tanya Kwangmin.
“Ya.. aku tidak percaya. Bagaimana mungkin kita akan bertunangan, sedangkan eomma dan appa mu tidak mengetahui hubungan kita selama ini. Begitu juga dengan kedua orang tuaku.” Kata Youngmoon.
“Pokoknya minggu depan kalian harus bertunangan!” ucap seorang wanita yang tak lain adalah ibunya Kwangmin. Ibu dan ayah Kwangmin tiba-tiba datang menghampiri mereka yang sedang duduk berdua.
“Ternyata ahjumma....” belum sempat melanjutkan kata-katanya, ibu Kwangmin memotong perkataan Youngmoon.
“Ya, sebenarnya ahjumma sudah mengetahui hubungan kalian sejak pertama. Ahjumma menyukaimu. Jadi, ahjumma mohon jadilah menantu ahjumma.” Ucap ibunya Kwangmin lembut.
“Tapi, apakah orang tuaku setuju akan hal ini?” tanya Youngmoon.
“Semuanya sudah kami bicarakan matang-matang.” Tiba-tiba ayah dan ibunya Youngmoon ikut datang memeriahkan suasana.
“Eomma...Appa..” ucap Youngmoon. Dia masih tak percaya akan hal ini.
“Ya.. Kwangmin adalah namja yang cocok untukmu.” Ucap ayahnya Youngmoon. Kwangmin hanya tersenyum.
Youngmoon langsung memeluk Kwangmin erat-erat, tak dipedulikannya meskipun disana ada kedua orang tuanya dan orang tua Kwangmin.
“Hemm... kau beruntung Youngmoon. Kau bertunangan lebih dulu daripada aku.” Ucap Sunwoo yang datang secara tiba-tiba bersama Hyerin, Youngmin, Minyoung, Jeongmin, dan Eunji.
Youngmoon langsung menoleh ke asal suara. Dilihatnya Oppanya menggandeng Hyerin sahabatnya dengan mesra.
“Wah.. jadi kalian sudah pacaran?” tanya Youngmoon sambil tersenyum ke arah mereka berdua. Sunwoo hanya tersenyum malu-malu.
“Heii.. Kwangmin.. selamat ya??” ucap Youngmin sambil menepuk pundak Kwangmin.
“Sudahlah Hyung. Mungkin setelah aku, kau juga akan bertunangan dengan Minyoung.”kata Kwangmin sambil melihat ke arah Youngmin dan Minyoung yang berdiri berdekatan.
“Aku sih berharap seperti itu, tetapi apa eomma dan appa mau mengijinkan? Hahaha..” ucap Youngmin sambil tertawa lepas. Eomma dan appanya juga tertawa mendengar perkataan Youngmin.

Youngmoon melihat ke arah Jeongmin dan Eunji yang ikut berbaur dengan suasana.
“Wahh... ternyata kalian juga sudah resmi pacaran? Tidak kusangka. Malam ini malam yang menakjubkan bagiku. Selamat ya?” kata Youngmoon.
“Gomawo Youngmoon. Selamat juga atas pertunanganmu dengan Kwangmin minggu depan.” Ucap keduanya.
Semua orang tampak senang pada malam itu. Malam itu adalah malam yang tak terlupakan bagi mereka.

END~